Hulu-nya dimana?

Suatu hari, saat kuliah psikiatri…

Sang dosen bertanya, pemenggalan TKW di Arab Saudi itu.. kira2 hulu permasalahannya di mana?

Multifaktor lah.. kt seorang kawan.

Bener juga, kata bapak Dosen tsb.. Tapi ada yg dominan, dan lupakan dulu faktor negara tujuan beserta karakteristik manusia dan budaya mereka yg berbeda.

Hm, kualitas TKW-nya memang kurang diperhatikan..  kata seorang kawan.

Lebih hulu lagi, jawab sang dosen.

Pelatihan dan pembekalan kurang? Perhatian pemerintah kurang? Kebijakan pemerintah tak mendukung?

Masih ada yg lebih hulu lagi!

Masalah ekonomi?

Jawab sang dosen, ya, dan hulu masalah ekonomi itu adalah korupsi, katanya.

Cukup sampai disini ceritanya, kita pasti sudah tahu tentang budaya itu, bagaimana mengakar, laten, dan luasnya, serta bagaimana akibatnya.

Namun, bila dipikir-pikir, korupsi yang dikatakan sebagai hulu permasalahan itu sendiri mungkin sebetulnya masih ada lagi hulunya, ya? Hulu yg jauuuh lebih mendasar lagi. Sesuatu yg telah menjadi sikap hidup dan sudut pandang. Dan bukan tak mungkin saat ini dianggap sebagai basic virtue.. ah, semoga tidak..

Hal ini lagi-lagi membuat saya kepikiran ke bidang kesehatan..

Tiba-tiba saja belakang ini jadi sering rasanya mendengar kisah malpraktik, yang entah bagaimana kebenarannya.. yang dituduh jelas membela diri, yg menuduh jg merasa sedang memperjuangkan haknya..
Belum lagi nada-nada sumbang yang katanya skr kualitas lulusan dokter semakin dipertanyakan..
Eh, juga keluhan ttg kapitalisasi industri obat.. (entah apa lagi ini maksudnya..)
Eh, ada lagi.. katanya.. sistem kesehatan juga masih kurang mendukung.. (atau entah bagaimana.. kurang lebih begitu lah)
Lalu, akumulasi ilmu pengetahuan tambah banyak tp mengapa aplikasi dan manfaatnya tak berbanding lurus… entah kalau yg ini hulu-nya dimana..

Jujur banyak yang tak saya mengrti dalam dunia kedokteran ini, bagaimana interaksi antar sistem dan dimana hendaknya saya menempatkan diri. Banyak jg yg terasa dilematis bagi saya di dalam dunia kedokteran ini. Kurva belajar dokter muda vs kepentingan pasien, kebutuhan update ilmu vs tugas RS yg demanding physically, dll..

Ah, lagi-lagi.. dikotomi dan polarisasi tak akan membawa pada penyelsaian.. dan pada akhirnya, keputusan yg baik seringkali adalah tetap berjalan dan berusaha untuk tidak tertarik terlalu jauh ke satu sisi..
Hanya saja, sayangnya.. garis2 yg menyatakan seberapa dekat atau seberapa jauh posisi kita thd sisi tersebut agak kabur..
Dan mungkin itulah mengapa sering kali saya tak sadar melakukan sesuatu tidak dengan porsi yg semestinya, alias terlalu condong ke satu sisi dan mengabaikan yg lain. Zhalim, istilah yg saya kenal utk hal ini.

Lalu apa hubungannya dgn korupsi? tidak ada secara langsung sih. hehe.
Saya hanya merasa bahwa hulu dari berbagai ketidakseimbangan dan peristiwa-peristiwa besar yg menggemparkan di sekitar kita sebetulnya mungkin bermula dari nilai-nilai, pola pikir, dan sikap hidup yang kita tunjukkan sehari-hari. Pada hal-hal kecil yang kita jalani sebagai manusia secara pribadi. Bagaimana kita mnmpatkan nilai-nilai dgn benar, bertanggung jawab terhadapnya, dlm hidup kita sebagai manusia secara umum, sebelum membawanya ke tingkat profesi.

Terlintas juga dalam benak saya, mungkinkah sebetulnya saya hanya perlu memandang hidup ini sebagai kompetisi, perlombaan dimana hanya Dia saja yang bisa menetukan, berapakah nilai kita.. alangkah ruginya bila saya sibuk membenahi banyak hal di luar diri namun lupa dgn tanggung jawab saya sendiri sebagai seorang pribadi.

Ah, wallohu a’alam..

Tinggalkan komentar