Hari keenam: Berpuasa di musim dingin

Berpuasa di musim dingin sih apa tantangannya? Kalau di musim panas, jelas waktunya lebih panjang, dan suhunya pun kadang sampai 36 derajat di siang hari. Kalau musim dingin? Nah, saya belum pernah mencoba.

Jujur, saya termasuk jarang berpuasa, kecuali puasa wajib dan puasa bayar. Saya sering salut dengan teman yang rajin berpuasa senin dan kamis–termasuk kakak saya. Maka, ketika kemarin Mufi mencetuskan tentang puasa di grup whatsapp, saya jadi berniat untuk mencoba juga. Mumpung masih musim dingin, dan mengingat Ramadan yang tinggal dua bulan lagi.

Ngomong-ngomong tentang Ramadan yang tahun ini jatuh di bulan Mei, saya sempat lega karena itu masih masuk musim semi. Empat tahun lalu, Ramadan jatuh di bulan Agustus, tepat di musim panas. Dan saya sempat merasakan subuh pukul tiga pagi, serta maghrib pukul sembilan malam.

Nah, seingat saya Mei ini masih masuk musim semi, dan waktu terang siang harinya tidak jauh berbeda dengan di negara-negara yang terletak di sekitar ekuator. Paling tidak, jam enam pagi suasananya masih remang-remang belum terang banget, dan sekitar jam 6 sore matahari sudah mulai redup. Namun, ketika mengecek jadwal sholat, ternyata di bulan Mei pun tetap saja, subuh jam 3 pagi, dan maghrib jam sembilan malam. XD *batal lega

Yang artinya, persiapannya kudu lebih matang lagi. Mudah-mudahan…

Lalu, bagaimana hasilnya?  Kalau di bulan Des – Januari, maghrib masih pukul 5 atau setengah lima dan subuh setengah tujuh. Sedangkan kemarin, subuh sudah maju pukul 6, dan maghrib pukul 6 kurang. Jadi masih 12 jam, tidak jauh beda dengan puasa di Indonesia. Cuma rasa haus alhamdulillah lebih minimal, karena cuacanya tidak panas.

Tapi kalau untuk merasakan berpuasa Ramadan di musim dingin, sepertinya saya harus menunggu beberapa tahun lagi sampai Ramadan jatuh di bulan Desember atau Januari. XD

 

6 comments

Tinggalkan komentar