#MyDailyVirtue 3: Donerix Kebab Groningen and 2,5 km walking

Tidak semua kebab halal, walau berasal dari Turki. #yaiyalah. Dan karena di kedai kebab biasanya tak ada opsi vegan atau ikan, lebih baik diskip kalau memang tidak yakin. Atau tanyakan dulu pada penjual kebabnya, mereka baik, kok. Hehe.

Tapi memang cukup banyak kedai kebab di Belanda, dan banyak juga yang memasang label halal di jendelanya. Jadi, tips dari saya kalau di Belanda bingung mau makan apa selain vegetarian atau ikan, google saja ‘doner’ atau ‘kebab’. Walau tidak semua mencantumkan kehalalannya di internet, kita bisa jalan ke daerah situ, pura-pura lewat lalu mengamati jendelanya. XD

Hari ketiga di Groningen kami memutuskan mencoba kedai ini. Di google kami tidak sempat mencari tahu lebih jauh dari review, dan tidak sempat zoom jendelanya juga. Hehe. Tapi kami memutuskan lihat-lihat saja dulu ke sana. Syukurlah ternyata kedai ini mencantumkan halal di papan namanya.

Favorit saya kalau ke kedai Turki sebenarnya adalah Kapsalon. Isinya kentang yang diiris bundar agak tebal, potongan kebab atau doner (saya juga nggak tahu bedanya apa) bisa dari ayam atau lamb, keju yang lezat, salad berbagai sayuran dikucuri knoflook sauce yang rasanya segar dan ada aroma bawangnya. Semuanya disusun dalam wadah berlapis aluminium foil, kemudian dipanggang. Wanginya… hmmmm…

Tapi, kemarin saya tidak beli kapsalon. Saya membeli chips kebab yang porsinya lebih kecil, isinya hanya kebab dengan kentang dan knoflook sauce. Sedangkan Pak Suami memesan semacam wrap dari roti pita yang diisi kebab, salad, dan saus knoflook.

Sayangnya saya tidak ingat untuk memfoto makanannya karena keburu lapar. Tapi, pada intinya kedai ini sama enaknya dengan kedai-kedai kebab pada umumnya, harganya pun standar. Mungkin kebab di Belanda ini ibarat nasi padang di Jakarta kali, ya. Cocok bagi berbagai lidah, harganya dibuat standar, dan menunya mirip dari kedai ke kedai.

Oiya, kebab di sini juga porsinya menurut saya besar dan mengenyangkan. Untuk saya yang doyan makan (dan pernah menghabiskan sushi all you can eat lebih banyak dari suami), saya masih bisa membagi dua seporsi kapsalon untuk dua kali makan. Harganya pun cukup ramah di kantong, menunya kisaran 5-8 euro.

Kedai Donerix ini lokasinya lebih jauh dari Warung Jawa, dan saat kami tiba di halte untuk pulang, bis yang kami tunggu baru saja berangkat, jadi kami harus menunggu hampir setengah jam lagi untuk bis berikutnya. Akhirnya kami memutuskan berjalan kaki untuk pulang.

Memang cuma 2,5 km sih, tapi waktu SMP saja jarak rumah ke sekolah tak ada 1 km dan saya suka naik ojek. 😀 Tapi, untungnya kemarin hawanya sedang bagus, sejuk dan cocok untuk berjalan kaki di sore hari. 🙂

Sekian laporan hari ke-3.

 

*gambar dari sini

2 comments

  1. tadinya aku mau menanyakan penampakannya, ternyata sudah dijelaskan di alinea ke enam. sekali lagi membaca tulisan ini menyenangkan. sehabis membaca bagian empat, mungkin aku langsung menuliskan hal-hal baik ini seperti juga di blog

    Suka

Tinggalkan komentar