#MyDailyVirtue 14: Apa itu Chia?

Saya sebenarnya yakin bahwa life is not only about what you eat. Jadi cenderung bodo amat dengan beragam jenis diet fad yang bertebaran bagai trend fashion dari masa ke masa. Setahun lalu butter itu jahat, tahun ini margarin yang jahat, tahun depan butter baik lagi, dan seterusnya. Tahun lalu lemak itu jahat, tahun ini lemak adalah pahlawan untuk bikin ketosis, tahun depan entah apa lagi. Kalau diikuti, hal-hal seperti itu mungkin nggak ada habisnya. Tapi, sebagai orang yang lumayan sering ditanyai ttg kebenaran klaim diet tertentu, saya kadang merasa bertanggung jawab untuk mencari tahu lebih jauh, paling tidak agar penjelasan saya lebih berdasar.

Ketika kamis lalu Pak Suami tiba-tiba minta smoothies sebagai menu rutin, saya sempat berpikir sebentar. Apa yang dulu saya pelajari adalah, bahwa mengunyah makananmu itu lebih baik ketimbang menyeruputnya. #halah Jadi, daripada minta dikunyahin kepada sang blender, konon lebih baik buah atau sayur itu dikunyah sendiri saja. Kecuali untuk orang-orang dengan kondisi tertentu yang pencernaannya kurang baik. Paling tidak, begitulah dulu yang saya tahu.

Tapi, jujur sejak trend smoothies menjamur, saya memang belum pernah mencobanya. Kecuali beli jus di tukang mie ayam, sih, kalau itu sering, karena murah dan dekat rumah. >.< Sampai-sampai dulu ada pasien yang gemas waktu saya bilang belum pernah minum smoothies, “Dok, smoothies itu sehat lho, Dok… Jangan pakai gula, jangan pakai semangka juga karena banyak gulanya, coba deh dok…lama-lama enak kok.” #tuing

Jadi, saya pikir, baiklah… nggak ada salahnya dicoba, biar ngk kuper-kuper amat.

Untuk menambahkan tekstur biar lebih kental, saya lihat biasanya ditambahkan pisang atau alpukat. Saya sih senang-senang aja menyeruput pisang atau alpukat, tapi saya lebih concern dengan rasa kenyang. Pisang atau alpukat yang dihancurkan, bulk-nya lebih sedikit, sehingga volumenya dalam lambung mungkin tidak cukup untuk mengenyangkan perut kami, >.< Akhirnya saya memilih Chia Seeds.

 

Ini juga pertama kali saya membeli Chia. Yang saya tahu, ia cuma sejenis biji-bijian yang akan mengeluarkan semacam gelatin dan mengembang ketika direndam. Jadi, saya pikir, mungkin proteinnya lebih banyak daripada buah seperti alpukat atau pisang. Karena itu mungkin juga lebih mengenyangkan.

Malamnya, saya mencari tahu tentang Chia, sekaligus meyakinkan diri sendiri lagi, apa benar menyuruh blender mengunyah lebih baik daripada mengunyah sendiri?

Tentang Chia, memang benar kandungan proteinnya lebih banyak. Benar juga kalau dia mengenyangkan. Lumayan lah. Terus tentang klaim antioksidannya, konon memang antioksidannya tinggi, tapi itu dari jenis yang berguna bagi si tanaman chia itu sendiri. Kalau buat manusia, ya…bisa jadi berguna, bisa jadi nggak ngaruh. Tapi, kalau mau dimakan ya sah-sah saja.

Jadi si Chia ini apa? Dia ternyata biji dari tanaman sejenis mint. Bentuknya mirip biji selasih. Kalau direndam bakal mengembang dan kental seperti jelly. Kalau mau dijadikan campuran smoothies, bisa direndam dengan air/susu selama 4-6 jam, setelah itu dicampur dengan blenderan buah sesuai selera.

Nah, tentang si smoothies ini sendiri bagaimana?

Jujur, saya masih belum ‘terbeli’ oleh klaim smoothies. Mungkin karena saya lebih suka mengunyah. >.<

Dan saya termasuk pengikut Michaell Pollan yang tidak ingin terlalu ribet dengan aturan dunia makanan. Ada buku beliau yang saya suka tentang hal ini–tentang menyederhanakan kriteria-kriteria soal makanan sehat. Judul bukunya In Defense of Food. Inti dari penjelasan beliau tentang makanan sehat hanyalah tiga, Eat Food, Not Too Much, Mostly Plant.

Selebihnya mah, bebas.

Mungkin lain kali ingin juga saya share tentang buku beliau ini.

3 comments

  1. Saya kalau smoothies sih doyan, Kak. Paling tidak paham dengan konsep “Infused water” apalagi kalau pakai buah-buahan yang dimakan aja lebih enak seperti mangga, pepaya, atau kiwi. Karena kalau sudah direndem air dalam botol lama kan otomatis jadi “melar” dan rasanya lebih hambar. Semacam sayang sama buahnya :((((((((((

    Disukai oleh 1 orang

    • Sama, buahnya lonyot dan rasa airnya juga ndak jadi lebih enak ya. 😀 Cuma mgkn terlihat fancy kali, ya… jd katanya orang2 yang malas minum air putih bisa lebih fun minumnya. Tp saya sih mendingan air putih biasa. 😀

      Smoothies saya doyan juga, setelah trial pertama masih bikin sesekali. Tapi seringnya langsung hap aja buahnya, apalagi kalau males nyuci blender. >.<

      Suka

Tinggalkan komentar